Kepemimpinan Tranformasional


Menurut Yulk alih bahasa Budi Supriyanto (2010; 4) Terdapat berbagai pandangan mengenai kepemimpinan, salah satunya adalah kepemimpinan sebagai sebuah peran khusus.

Yulk alih bahasa Budi Supriyanto (2010; 4) menjelaskan kepemimpinan sebagai peran khusus sebagai berikut:

“Kepemimpinan sebagai peran khusus diartikan sebagai Peran khusus dalam suatu kelompok yang mencakup peran kepemimpinan yang memiliki tanggung jawab dan fungsi yang tidak dapat dibagi-bagi terlalu luas dengan pertimbangan karena dapat mengganggu efektivitas organisasi.Orang yang diberikan peran khusus untuk melaksanakan peran kepemimpinan tersebut kemudian disebut sebagai “pemimpin”.Sedangkan para anggota organisasi lainnya disebut dengan pengikut.”

Namun menurut Yulk alih bahasa Budi Supriyanto (2010: 4) menjelaskan lebih lanjut bahwa

“Perbedaan peran pemimpin dan pengikut tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat memerankan kedua peran itu sekaligus pada waktu yang bersamaan. Sebagai contoh seorang manajer dalam suatu departemen yang mana menjadi pimpinan bagi anggota departemen tersebut namun manajer tersebut juga dapat merupakan pengikut bagi manajer lain yang menjadi atasannya.”

Terdapat banyak definisi kepemimpinan, Robbinsdan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008; 49) mendefiniskan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan.

Sedangkan Yuklalih bahasa Budi Supriyanto (2010; 8) mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:

“Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.”

 

Dalam perkembangannya kepemimpinan menjadi salah satu fungsi manajemen.Kepemimpinan memegang peran penting dalam menciptakan organisasi yang efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi.

Robbin dan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008; 49) menyatakan bahwa:

“Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang kuat agar efektivitasnya optimal. Organisasi membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berani menentang status quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota-anggota organisasi untuk secara sukarela mencapai visi tersebut. Organisasi juga membutuhkan para manajer untuk merumuskan rencana yang mendetail, menciptakan struktur organisasi yang efisien, dan mengawasi operasi sehari-hari.”

Kepemimpinan sering kali sulit dibedakan dengan manajemen karena perannya yang merupakan fungsi dari manajemen itu sendiri. Akan tetapi sebenarnya kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda dengan manajer atau seseorang yang menjalankan manajemen. Adapun perbedaannya diungkapkan oleh Kotter dalam Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008: 48) yang menyatakan bahwa:

“Manajemen terkait dengan usaha untuk menangani kompleksitas. Manajemen yang baik menghasilkan keteraturan dan konsistensi dengan cara mempersiapkan rencana formal, merancang struktur organisasi yang kuat, dan memonitor hasil berdasarkan rencana. Sebaliknya, kepemimpinan berkaitan dengan perubahan. Pemimpin menentukan arah dengan cara mengembangkan suatu visi masa depan, kemudian menyatukan orang-orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan menginspirasi mereka untuk mengatasi berbagai rintangan.”

 

Pandangan lain mengenai perbedaan kepemimpinan dan manajemen diungkapkan oleh Bennis dan Nanus dalam Yulk alih bahasa Budi Supriyanto (2010: 6-7) yang berpendapat bahwa manajemen dan kepemimpinan adalah hal yang berbeda dan tidak mungkin terjadi pada satu orang yang sama. Sehingga pandangan ini menganggap beberapa orang sebagai manajer dan orang lainnya sebagai pemimpin. Menurut pandangan ini manajer berkarakteristik antara lain menghargai stabilitas, keteraturan, dan efisiensi. Sehingga manajer sangat memperhatikan bagaimana suatu pekerjaan diselesaikan dan selalu berusaha untuk membuat orang dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Sedangkan Pemimpin dianggap sebagai orang yang berkarateristik menghargai fleksibilitas, inovasi, dan adaptasi. Sehingga pemimpin sangat memperhatikan apa arti berbagai hal bagi orang-orang dan berusaha agar orang menyepakati hal-hal penting yang harus dilakukan.

Pendekatan-pendekatan inspirasional terbaru dalam kepemimpinan telah melahirkan gaya kepemimpinan transformasional. Bass dan Riggio (2006: 3) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

“Transformational leaders are those who stimulate and inspire followers to bothachieve extraordinary outcomes and, in the process, develop their own leadership capacity.”

Definisi Bass tersebut menekankan bahwa pemimpin transformasional adalah mereka yang memberikan rangsangan dan inspirasi kepada pengikutnya untuk mencapai kinerja yang luar biasa dan sekaligus mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sendiri. Menurutnya pemimpin transformasional selalu membantu pengikut-pengikutnya untuk tumbuh dan berkembang dengan merespon kebutuhan individu pengikutnya dengan cara memberdayakannya dan dengan mengarahkan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan dari individu pengikut-pengikutnya, pemimpin, kelompok, dan organisasi yang lebih luas.

Sedangkan Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008; 90) mendefiniskan kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

“Kepemimpinan Transformasional (transformational leader) adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya.”

 Menurut definisi tersebut kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang menaruh perhatian terhadap kebutuhan pengembangan diri para anggota organisasi, mampu mengubah kesadaran anggota organisasi atas isu-isu yang ada dengan cara membantu anggota organisasi memandang masalah lama dengan cara yang baru, serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi anggota organisasi untuk bekerja keras guna mencapai tujuan-tujuan bersama.

Pendekatan-pendekatan inspirasional mengenai kepemimpinan telah melahirkan perdebatan mengenai perbedaan kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan trasnformasional. Menurut Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008; 90) perbedaan kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut

“Kepemimpinan transaksional lebih mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas pengikutnya. Sedangkan kepemimpinan transformasional lebih kepada menginspirasi para pengikutnya untuk mengesampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi. Kepemimpinan tranformasional menaruh perhatian terhadap kebutuhan pengembangan diri para pengikutnya dan mengubah kesadaran para pengikutnya atas isu-isu yang ada dengan cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara yang baru.”

Menurut Robbins dan Judge alih bahasa Diana Angelica (2008; 91)

“Kepemimpinan transformasional mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. Sehingga kepemimpinan transformasional lebih unggul daripada kepemimpinan transaksional dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikutnya yang melampaui apa yang bisa dicapai jika dibanding dengan kepemimpinan dengan pendekatan transaksional.”

Pendekatan-pendekatan penelitian lainnya memperdebatkan perbedaan antara kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan kharismatik.Bass dalam Robbins dan Judge, alih bahasa Diana Angelica (2008: 94) menjelaskan bahwa kepemimpinan kharismatik merupakan bagian dari kepemimpinan transformasional, sehingga kepemimpinan trasnformasinal lebih luas daripada kharismatik itu sendiri.

Menurut Bass dalam Marselius Sampe Tondok dan Rita Andarika (2004; 37) Pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional dapat diukur dalam hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut berhadapan dengan karyawan. Menurut Bass dalam Marselius Sampe Tondok dan Rita Andarika (2004; 37) ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan:

  1. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha
  2. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok
  3. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

 

Bass dan Riggio (2006: 6 – 7) menyebutkan empat dimensi kepemimpinan transformasional, yaitu Idealized Influence, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation, Individualized Consideration.

Bass dan Riggio (2006: 6) menjelaskan tentang dimensi pengaruh ideal (Idealized Influence) dari kepemimpinan transformasional, yaitu:

Transformational leaders behave in ways that allow them to serve as role models for their followers. The leaders are admired, respected, and trusted. Followers identify with the leaders and want to emulate them; leaders are endowed by their followers as having extraordinary capabilities, persistence, and determination. Thus, there are two aspects to idealized influence: the leader’s behaviors and the elements that are attributed to the leader by followers and other associates.”

 

Dalam penjelasan Bass dan Riggio tersebut mereka menekakan bahwa dimensi pengaruh yang ideal dalam kepemimpinan transformasional diartikan bahwa pemimpin transformasional harus berperilaku sebagai peran contoh (teladan) bagi pengikutnya, yaitu para pemimpin yang dikagumi, dihormati, dan dipercaya. Pada umumnya pengikut akan mengidentifikasi sosok para pemimpin dan berusaha untuk meniru mereka. Pemimpin tranformasional dikagumi oleh pengikutnya sebagai sosok yang memiliki kemampuan yang luar biasa, ketekunan, dan tekad. Para pemimpin yang mempunyai pengaruh yang ideal bersedia mengambil resiko, konsisten dan tidak sewenang-wenang. Mereka dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar, mempunyai standar etika yang tinggi, dan perilaku yang bermoral.

Bass dan Riggio (2006: 6) menjelaskan tentang dimensi Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation) dari kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

“Transformational leaders behave in ways that motivate and inspire those around them by providing meaning and challenge to their followers’ work. Team spirit is aroused. Enthusiasm and optimism are displayed. Leaders get followers involved in envisioning attractive future states; they create clearly communicated expectations that followers want to meet and also demonstrate commitment to goals and the shared vision.”

 

Penjelasan dimensi motivasi inspirasional dari Bass dan Riggio tersebut menekankan bahwa setiap pemimpin transformasional harus memiliki dimensi motivasi inspirasional yaitu dapat memotivasi dan menginspirasi orang di sekitar mereka dengan memberikan pengertian dan tantangan kepada pengikut mereka. Pemimpin transformasional harus mampu merangsang semangat tim, menampilkan antusiasme dan optimisme. Pemimpin harus mampu mendapatkan keterlibatan pengikut dalam menciptakan gambaran-gambaran masa depan yang menarik. Pemimpin transformasional harus mampu menciptakan harapan-harapan yang dikomunikasikan dengan jelas agar para pengikutnya mempunyai keinginan untuk mencapainya dan juga menunjukkan komitmen terhadap tujuan dan visi bersama.

Bass dan Riggio (2006; 7) menjelaskan tentang dimensi rangsangan intelektual (Intellectual Stimulation) dari kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

“Transformational leaders stimulate their followers’ efforts to be innovative and creative by questioning assumptions, reframing problems, and approaching old situations in new ways. Creativity is encouraged. There is no public criticism of individual members’ mistakes. New ideas and creative problem solutions are solicited from followers, who are included in the process of addressing problems and finding solutions. Followers are encouraged to try new approaches, and their ideas are not criticized because they differ from the leaders’ ideas.”

 

Penjelasan dimensi Stimulasi Intelektual menurut Bass dan Riggiotersebut menekankan bahwa Pemimpin Transformasional dihadapakan pada tantangan bagaimana untuk merangsang pengikutnya untuk menjadi inovatifdan kreatif. Perangsangan kreatifitas dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada pengikutnya untuk mengeluarkan pendapat mereka. Stimulasi intelektual juga diartikan bahwa Pemimpin trasformasional harus mampu mengubah cara-cara penyelesaian masalah dengan cara baru. Konsekuensi dari peningkatan kreativitas ini harus dilihatkan dengan tidak adanya kritik publik terhadap kesalahan anggota individu, sehingga anggota organisasi berani untuk berkreativitas. Stimulasi Intelektual juga berarti bahwa Ide-ide baru dan solusi masalah yang kreatif harus dihidupkan dalam organisasi yaitu terutama dalam proses mengatasi masalah dan usaha mencari solusi. Dalam hal ini pengikut harus didorong untuk mencoba pendekatan baru, dan tidak mengkritik ide-ide yang berbeda dari ide-ide para pemimpin.

Sedangkan dimensi Pertimbangan individual (Individualized Consideration) dari kepemimpinan transformasional dijelaskan oleh Bass dan Riggio (2006; 7) sebagai berikut:

“Transformational leaders pay special attention to each individual follower’s needs for achievement and growth by acting as a coach or mentor. Followers and colleagues are developed to successively higher levels of potential. Individualized consideration is practiced when new learning opportunities are created along with a supportive climate. Individual differences in terms of needs and desires are recognized.”

 Penjelasan mengenai dimensi pertimbangan individual menurut Bass dan Riggio tersebut dimaksudkan bahwa pemimpin transformasional harus mampu memberikan perhatian secara khusus kepada pengikutnya mengenai kebutuhan masing-masing pengikut individu untuk mencapai prestasi pengikutnya dengan bertindak sebagai pelatih atau mentor. Pemimpin harus mampu mengembangkan potensi pengikutnya ke tingkat yang lebih tinggi. Pertimbangan individual ini dapat dipraktekkan ketika kesempatan belajar baru dibuat bersama dengan iklim yang mendukung. Pemimpin Tranformasional harus memahami perbedaan individu dalam hal kebutuhan dan keinginan. Pemimpin harus mampu membangun interaksi dengan pengikutnya secara pribadi misalnya dengan menyadari adanya masalah individu pengikutnya. Pemimpin trasformasional melihat individu sebagai manusia seutuhnya bukan hanya sebagai karyawan. Pemimpin transformasional dituntut untuk memberikan perhatian secara individu dengan mendengarkan secara efektif.

Lebih lanjut Bass dan Riggio (2006; 7) menjelaskan bahwa:

“Indikator lain dalam pertimbangan individu yaitu adanya pendelegasian tugas. Dengan pedelegasian tugas, memberikan kesempatanpara pengikut untuk berkembang. Tugas didelegasikan dimonitor untuk melihat apakah pengikut membutuhkan arahan tambahan atau dukungan dan untuk menilai kemajuan pengikut. Dengan pendelegasian tugas pemimpin dapat melihat perkembangan pengikutnya akan tetapi pengikut tidak merasa bahwa mereka sedang diperiksa.”

Baca Juga:

Budaya Organisasi

Manajemen SDM

,

Leave a Reply