Seputar Minimarket di Indonesia


Minimarket adalah sebuah jenis usaha yang menggabungkan antara konsep swalayan dalam skala kecil dengan target pasar yang sama dengan target pasar pada pasar tradisional.       Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang merupakan mayoritas di kota Bandung, seperti Alfamart, Indomaret, Yomart dan Cricle K dan minimarket yang menawarkan sebuah konsep baru dalam penjualan minimarket, seperti Lawson dan Yogya Express

 Alfamart

Didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto dan keluarga PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart/ Perseroan), mengawali usahanya di bidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada 1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimulai Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai Alfaminimart dan membawa nama baru Alfamart. Saat ini Alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel, dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap harinya di hampir 6.000 gerai yang tersebar di Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman, serta lokasi yang mudah dijangkau. Didukung lebih dari 60.000 karyawan.

menjadikan Alfamart sebagai salah satu pembuka lapangan kerja terbesar di Indonesia.

Pada saat ini outlet Alfamart di kota Bandung berjumlah 104 buah yang tersebar di seluruh kota Bandung

 Indomaret

Indomaret adalah jaringan peritel waralaba di Indonesia. Merek dagang Indomaret dipegang oleh PT. Indomarco Prismatama.

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988.

Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba 2003″ dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari.

Pada saat ini outlet Indomaret di kota Bandung berjumlah 115 buah

 Yomart

Yomart adalah perusahaan ritel modern yang berfokus di bidang minimarket yang telah melayani kebutuhan masyarakat akan barang kebutuhan sehari-hari. Minimarket merupakan bagian dari Yogya Group sebuah kelompok usaha ritel skala nasional yang berpusat di Bandung dan telah berpengalaman mengelola usaha ritel sejak tahun 1982.

Minimarket ini membuka tokonya yang pertama pada Agustus 2003 di Ciwastra Bandung kemudian akhirnya menyebar sampai di kota besar lain di Jawa Barat. Sampai 2011 Yomart mengelola lebih dari 250 toko yang dimilikinya sendiri dan tersebar hampir di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat

Pada saat ini outlet Yomart di kota Bandung berjumlah 76 buah

      

 

  Circle K

Circle K adalah waralaba Toko kelontong atau minimarket Internasional yang berasal dari Amerika Serikat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1951 di El Paso, Texas. Jaringan minimarket Circle K kini dimiliki dan dioperasikan oleh jaringan waralaba toko retail terbesar di Kanada, yaitu perusahaan Alimentation Couche-Tard.

Circle K adalah pelopor sebuah minimarket yang beroperasi 24 jam penuh. Hal ini menjadikannya popular di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dimana konsep minimarket seperti ini masih jarang. Circle K menjadi trend-setter bagi banyak minimarket sejenis yang muncul kemudian hari. Saat ini Circle K populer di kalangan remaja kota besar di Indonesia. Di mata remaja, Circle K dicitrakan sebagai minimarket zaman sekarang, mereka menyediakan berbagai minuman alkohol dan rokok yang cukup lengkap dan beroperasi 24 jam, sebuah hal yang diminati oleh remaja Indonesia masa kini. Pembeli dari gerainya juga diijinkan untuk duduk di depan gerainya sambil menikmati belanjaannya sehingga secara tidak langsung Circle K menjadi kawasan berkumpulnya remaja di kala malam hari

Pada saat ini outlet Circle K di kota Bandung berjumlah 24 buah.

 Lawson

Lawson adalah minimarket berasal dari Jepang yang merupakan tiga besar merek convenience store terbesar di Jepang. Lainnya setelah 7-Eleven dan Family Mart. Lawson sudah memiliki cabang kurang lebih 10.000 gerai di berbagai negara seperti Indonesia, Hawai, dan Cina. Dan untuk memperluas jaringannya, Lawson di Indonesia baru saja ada di Jakarta dan Bandung, biasanya minimarket ini menjadi tempat ngumpulnya anak muda untuk menghabiskan waktu. Di Indonesia Lawson dikelola oleh PT Midi Utama Indonesia. Presiden Komisaris PT Midi Utama Indonesia.

Pada saat ini outlet Lawson di kota Bandung berjumlah 2 buah

 Yogya Express

Yogya Express merupakan salah satu perusahaan yang dimiliki oleh Yogya Group, sebuah mini market yang menawarkan sebuah konsep baru dalam menjalankan sebuah bisnis mini market. Dengan menawarkan pelayanan lebih terhadap segi kenyamanan yang diterima oleh konsumen.

Pada saat ini Yogya Express baru tersedia di kota Bandung, jumlah outlet Yogya Express pada saat ini berjumlah 2 buah.

 Perkembangan bisnis ritel di Indonesia dalam tiga tahun terakhir menarik perhatian di Asia, khususnya di antara Negara berkembang. Setelah krisis keuangan di tahun 2008, tahun 2010 tercatat sebagai tahun pertumbuhan terbaik yang hampir diseluruh sektor industri tidak terkecuali dengan sektor industri ritel.

Persaingan bisnis ritel pada saat ini Semakin ramai, dinamis, dan tuntutan inovasi semakin tinggi. Proses evolusi terus bergulir sesuai dengan perubahan konsumen dan daya belinya. Format dituntut berubah untuk menciptakan segmen-segmen baru. Convenience store yang dulunya toko grocery untuk kaum pria, kini menjadi tempat hang out konsumen lebih muda, tak terkecuali perempuan. Minimarket melebar menuju lebih premium. Hipermarket menjadi mid size (compact). Semua bermetamorfosa, yang menandakan mereka berjuang untuk hidup ke masa depan. Yang basic kini menuju ke arah lifestyle.

Pertumbuhan ritel tahun 2011 tumbuh sebesar 11% didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, populasi penduduk yang besar, naiknya pendapatan per-kapita dan pembangunan berkelanjutan pada infrastruktur ritel. Selain adanya perubahan pada gaya hidup dan tren perbelanjaan modern pada masyarakat kelas mengah ke atas, dimana belanja tidak hanya untuk membeli produk yang dibutuhkan tetapi juga untuk kegiatan rekreasi, yang turut merangsang pertumbuhan industri ritel

Sepanjang tahun 2011 pasar ritel Indonesia mencapai 11% dengan pertumbuhan ekonomi 6,6%. Tahun 2012. Tahun 2012 Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% dan penjualan ritel terus menigkat. faktor banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan terjadinya persaingan yang kuat antara pasar modern dengan pasar modern dan pasar modern dengan pasar tradisional.

Perusahaan konsultan manajemen dunia, AT Kearney mengeluarkan laporan pertumbuhan industri ritel terbaik di sejumlah negara berkembang di dunia. Laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI) 2011 ini menilai kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah faktor, di antaranya risiko usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi industri ritel terkini. Dan menurut laporan ini Indonesia berada di peringkat ketiga pasar ritel terbaik di Asia

Keadaan ini didukung oleh fakta bahwa underlying ekonomi Indonesia yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai 235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik dengan pertumbuhan infrastruktur industri ritel yang terus meningkat akan menunjang penjualan ritel bahan pangan.

Kinerja industri ritel di tahun 2012 diperkirakan masih cukup baik, didukung oleh kuatnya perekonomian domestik dan daya beli masyarakat. Penundaan kenaikan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak bersubsidi oleh pemerintah memberikan angin segar dan mengurangi tekanan terhadap daya beli masyarakat. Pertumbuhan properti komersial yang cukup pesat juga mendorong permintaan terhadap industri ritel. Hal tersebut selanjutnya memicu ekspansi berbagai jenis perusahaan ritel melalui penambahan gerai tokonya. Hasil survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa indeks penjualan riil selama 1H12 menunjukkan trend peningkatan dibandingkan tahun lalu dengan pertumbuhan indeks bulanan rata-rata di atas 10%.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan nilai penjualan ritel tahun 2012 mencapai Rp138 triliun, tumbuh sebesar 15% dari penjualan tahun 2011 yang sebesar Rp 120 triliun. Dalam tren penjualan ritel terdapat siklus dimana kontribusi penjualan pada semester I dibandingkan dengan semester II berada pada kisaran 40%:60% hingga 45%:55%. Permintaan produk kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods/FMCG), terutama makanan dan minuman masih menjadi driver utama permintaan industri ritel.

Menurut data dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Industri perdagangan Kota Bandung September 2011. Bentuk-bentuk baru sarana perdagangan perdagangan modern di Indonesia terdiri dari pusat perbelanjaan, Departemen store, Hypermarket, supermarket, Minimarket, factory outlet, distribute outlet, dan fast food pertumbuhan dari bentuk-bentuk baru ritel modern. Selama tahun 2011 pasar modern masih didominasi oleh pertumbuhan minimarket dengan proporsi pasar sebesar 48% diikuti dengan sarana perdagangan lain.

Kondisi yang seperti tersebut tergambar di kota Bandung. Keberadaan sarana perdagangan modern yang ada di kota Bandung mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat, menurut berita resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 49/11//32/th XVIII, 7 November 2011 pada triwulan III laju pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa barat tumbuh hingga 2,99%

Tabel 1.1

Data Sarana Perdagangan Kota Bandung Tahun 2009-2011

No Jenis sarana perdagangan Jumlah
2009 2010 2011
1 Mall 47 41 28
2 Supermarket 51 40 26
3 Minimarket 229 316 357
4 Hypermarket 2 5 8
5 Perkulakan 5 3 3
6 Departemen store 11 13 16
7 Factory outlet 98 98 98
8 Distribusi store 135 135 135

Sumber : Data Dinas KUKM dan industri perdagangan Kota Bandung, 2011

Dari data yang dapat dilihat pada tabel 1.1 perkembangan pesat yang sangat signifikan terjadi pada bisnis minimarket di kota Bandung, pada tahun 2009 jumlah minimarket di kota Bandung berjumlah 229 buah. Di tahun 2010 naik menjadi 316 buah, Kemudian pada tahun 2011 bertambah kembali hingga ke angka 357 buah minimarket. Kenyataan tersebut akan menimbulkan sebuah kompetisi sesama produsen minimarket tersebut. setiap perusahaan akan berusaha untuk saling memperebutkan pangsa pasar didalam pasar tersebut. Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik jangka panjang intrinsik sebuah pasar atau segmen pasar yaitu, pesaing industri, pendatang baru potensial, pengganti, pembeli dan pemasok (Kottler dan Keller, 2009:320)

Beberapa buah mini market yang sudah punya nama di kota Bandung, mulai dari konsep minimarket yang sederhana, yaitu hanya dengan menjual barang–barang kepada konsumen seperti, Alfamart, Indomart, Yomart. Hingga minimarket yang menawarkan nilai tambah yang akan didapat oleh konsumen, seperti, Circle K, Yogya Ekspress dan Lawson.

Persaingan antara bisnis ritel mini market di kota Bandung pada saat ini sangatlah ketat. Terbukti dengan jumlah minimarket yang ada pada saat ini di kota Bandung, hingga tahun 2011 berjumlah 357 buah minimarket. Sebuah bentuk pasar persaingan sempurna pun terjadi di dalam persaingan ini, hampir disetiap lokasi di kota Bandung kita dapat menjumpai minimarket Tersebut, dan faktanya posisi minimarket tersebut tidaklah berjauhan.

Menurut Jabir Ali, Sanjeev Kapoor dan Janakiraman Moorthy, dalam Jurnalnya yaitu ”Buying behaviours of consumers for a food products in an emerging economy” (2010). Bahwa preferensi konsumen terhadap pasar sangat tergantung pada kenyamanan dalam pembelian di pasar bersama dengan ketersediaan layanan tambahan, serta layanan yang mampu menimbulkan daya tarik bagi anak-anak, fasilitas-fasilitas pokok dan keterjangkauan mencapai pasar tersebut. persaingan ini memicu setiap produsen dari minimarket tersebut untuk terus meningkatkan kualiatas dari produknya, bahkan harga pada saat ini bukanlah menjadi prioritas utama bagi konsumen untuk menentukan pilihannya terhadap sebuah minimarket. Seperti Yogya Ekspress sebuah Konsep minimarket yang menjual produknya di harga kisaran menengah ke atas, namun tetap dikunjungi oleh konsumen karena Yogya Ekspress menambahkan nilai tambah dalam penjualan produknya, yaitu menyediakan tempat untuk bersantai bagi para konsumennya sambil menikmati produk yang dia beli di Yogya Ekspress. Menurut Kottler dan Keller didalam bukunya “Marketing Management” (2009:14), mengatakan bahwa sebuah perusahaan akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli pasaran atau konsumen. Konsumen memilih penawaran yang berbeda-beda berdasarkan persepsinya akan penawaran yang memeberikan nilai terbesar.

,

Leave a Reply